Ing ngarso sun tuladha ing madya mangun karsa tut wuri handayani

Animasi

Cari Blog Ini

Selasa, 12 April 2011

Psikologi Belajar Mengajar

PEMBAHASAN

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Tujuan psikologi pendidikan ialah menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori psikologi yang berkaitan dengan pendidikan unutuk digunakan dalam upaya melaksanakan proses pendidikan yang efektif. Pendidik merupakan upaya dalam mempengaruhi individu agar berkembang menjadi manusia yang sesuai dengan yang dikehendaki. Peranan psikologi dalam pembelajaran pengajaran upaya untuk mewujudkan perilaku pembelajaran pada siswa, serta perilaku-perilaku individu lain yang terkait. Beberapa peranan tersebut antara lain : memahami siswa sebagai pelajar, memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran, memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran, menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran, memilih dan menetapkan isi pengajaran, membantu sisiwa-siswa yang mendapat kesulitan pembelajaran, memilih alat bantu pembelajran dan pengajaran.
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu tanya atau mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Oleh karena itu, mengapa manusia belajar? Jawabannya adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Jawaban lengkapnya adalah manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahun dan didukung oleh kemampuan untuk mengetahui.
Kemampuan manusia untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh suatu pola yang sudah tertentu. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan nilai sikap dan keterampilan kepada generasi pelanjut. Oleh karena itu, latar belakang dalam penyusunan makalah ini yakni mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar?, ciri-ciri belajar dan sebagainya.
Dalam penyunan resum ini, penyusun mengutip materi yang bersumber dari Oemar Hamalik dari bukunya yang berjudul Psikologi Belajar Mengajar, yang didalamnya menjelaskan tentang:
1. Studi Psikologi Pendidikan
Anak pada hakikatnya adalah manusia yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka berada, maka dari itu kita punya tanggungjawab yang besar dalm tumbuh kembang mereka. Salah satu cara atau langkah yang tepat bagi mereka adalah membiarkan tapi tetap terus dalam pengawasan karena anak-anak itu bersifat netral-aktif. Interaksi itu berlangsung dalam dunia pendidikan, khususnya di dalam kelas.
Psikologi pendidikan tidak hanya memberikan pedoman tentang teori belajar, system persekolahan, masalah-masalah psikologis anak, tetapi dimulai dari studi tentang perkembangan dan pertumbuhan anak, sejak tahun-tahun pertama sampai kepada tingkat remaja.
Sebagai calon guru perlu dan sangat dianjurkan untuk mempelajari tentang psikologi pendidikan karena dengan mempelajari psikologi pendidikan khususnya psikologi anak dan remaja, maka akan mendapatkan bantuan yang sangat berharga dalam mengemban tugas selaku pendidik.
Peran guru adalah membantu para siswa untuk mengubah tingkah lakunya sesuai dengan arah yang diinginkan. Dalam hal ini terdapat dua factor utam, yakni proses (perubahan tingkah laku) dan criteria (arah yang diinginkan secara khusus) yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan.
2. Pendidikan di Sekolah
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, yaitu:
· Pendidikan penyesuaian hidup para remaja
Pendidikan penyesuaian hidup (life adjustment) adalah yang diberikan kepada semua remaja agar mereka kelak hidup secara demokratis yang memberikan kepuasan kepada diri mereka sendiri dan menguntungkan bagi masyarakat.
· Penyesuaian diri versus pendidikan
· Mengapa pendidikan absolute
Pendidiak yang absolute adalah pendidikan yang sesuai dengan perubahan masyarakat dan menyampaikan penemuan baru dan ciptaan yang baru, yang diselenggarakan melalui transmisi lateral sebagai kebalikan dari tarnsmisi vertical, yang hanya menyampaikan kebijaksanaan masa lampau secara verbalistis dan bersumber dari buku, bukan pengembangan semua kompetensi yang melalui latihan.
Pendidikan tidak hanya berlaku bagi mereka yang hidupnya normal, tidak berlaku bagi mereka yang kaya saja, melainkan berlaku bagi semuanya. Kaya, miskin, anak yang terbelakang mentalnya, untuk anak yang tidak berbakat, untuk anak yang berbakat, bagi anak yang ada di kota/desa/daerah terpencil semuanya berhak dan layak untuk mendapatkan pendidikan
Guru tidak hanya sebagai orang tua kedua bagi anak tetapi juga harus bisa sebagai sahabat dan saudara. Sebagai guru juga harus bias menguasai dan mengerti semua keadaan, mulai dari karakter anak yang berbeda-beda juga bidang yang sudah digelutinya, jangan sampai menjadi pendidik atau guru tidak menguasai materi atau karakter anak.
3. Guru dan Belajar Mengajar
Dalam zaman yang serba canggih ini peran guru sangat berarti dan sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak, guru juga harus lebih menguasai semua bidang yang berkaitan dengan dunia pendidikan terlebih lagi penguasaan akan IPTEK dan diharapkan supaya guru selaku tenaga pendidik tidak GAGAP IPTEK. Maju tidaknya masyarakat ada di pundak guru, guru juga mempunyai sifat ganda, yaitu: sebagai pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai pengajar dalam proses belajar-mengajar.
Guru-guru yang efektif mempunyai pengaruh yang kuat dan positif terhadap para siswa, sedang guru-guru yang lemah akan menimbulkan ketidaksenangan siswa terhadap sekolah
4. Hakikat dan Teori Belajar
Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran saja, akan tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku atau perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Pada hakikatnya belajar adalah membuat seseorang atau anak / siswa berubah lebih baik lagi. Perubahan tidak akan terjadi apabila: tidak adanya respon yang baik, dan lingkungan belajar yang mendukung.
Ada beberapa teori belajar yang perlu kita ketahui, yaitu:
Teori Conditioning: teori yang menitikberatkan pada timbulnya respon yang disebabkan oleh suatu stimulus tertentu yang melalui proses kontiguitas.
Teori Connectionisme yang menekankan bahwa belajar adalah pembentukan ikatan atau hubungan antara stimulus-respons melalui proses pengulangan.
Field Theory yang menekankan keseluruhan bagian-bagian antara yang satu dengan yang lainnya erat hubungannya dan saling bergantung.
Psikologi Fenomenologis dan humanitas yang menitikberatkan kondisi-kondisi dalam diri individu.
Teori S.R Relativistik yang menitikberatkan pandangan bahwa tingkah laku manusia merupakan moral behavior dan keseluruhan perilaku terhadap stimulus dan terdapat hubungan bipolar antar persona dan lingkungan.
5. Pola Dasar Pengajaran
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami setiap siswa, memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sesuai dengan karakterisitik pribadinya, dan menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan siswa. Proses pengajaran yang efektif yang dapat terbentuk melalui pengajaran memiliki ciri-ciri di antaranya : berpusat pada siswa itu sendiri, interaksi edukatif antara guru dengan siswa, suasana demokratis, variasi metode mengajar, guru profesional, bahan yang sesuai dan bermanfaat, lingkungan yang kondusif, dan sarana belajar yang menunjang. Mengajar adalah merupakan tugas utama seorang guru. Oleh karena itu, keefeektifannya dalam mengajar akan tergantung pada bagaimana guru melaksanakan aktivitas mengajar secar baik. Psikologi guru merupakan suatu peran yang sangat penting, perilaku guru dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku guru hendaknya dapat menjadi contoh yang baik untuk siswa. Ada beberapa aspek psikologi yang terkait dengan proses pembelajaran dan pengajaran yaitu motivatasi, pengamatan dan perhatian, mengingat dan lupa, transfer dalam belajar dan kebutuhan individu. Itu semua yang akan mempengaruhi proses belajar.
6. Tujuan Pengajaran
Tujuan dalam pengajaran terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
· Tujuan sekolah
· Tujuan guru
· Tujuan siswa
Dari tujuan-tujuann tersebut diatas mempunyai tujuan yang berbeda akan tetapi satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Tujuan guru dan siswa disebut tujuan instruksional yang disusun berdasarkan atau bertitik tolak dari tujuan sekolah yang sering disebut tujuan institusional. Penetapan tujuan-tujuan itu dilandasi oleh pemikiran yang bersifat psikologis, yang titik beratnya pada aspek belajar (siswa) dan aspke mengajar (guru). Berbeda halnya dengan skala pemikiran yang lebih luas dimana tujuan dibagi kedalam jenjang-jenjang: tujuan pendidikan nasional, tujuan kelembagaan, tujuan kurikuler (mata ajaran), tujuan institusional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Tujuan ini mencakup tujuan guru dan tujuan siswa yang dirumuskan berdasarkan pemikiran psikologis. Tujuan sekolah menunjuk kepada tujuan-tujuan yang luas sesuai dengan keinginan suatu masyarakat atau bangsa yang memiliki dimensi-dimensi ekonomi, politik dan social.
7. Dasar-dasar Perkembangan
Secara psikologis hakikat perkembangan mencakup pertumbuhan yang mengandung aspek: kematangan, perkembangan, belajar (suatu psoses kreatif), dan perkembangan kepribadian.prinsip yang mendasari perkembangan menggambarkan adanya interaksi antara organime dan lingkungan, perkembangan berlangsung lebih cepat pada tahun-tahun permulaan, keberhasilan latihan bergantung pada tingkat kematangan, pola-pola perilaku berkembang secara berurutan, laju perkembangan bersifat individual dan bersifat konstan, dan merupakan diferensiasi dan integrasi yang secara keseluruhan mempunyai implikasi tertentu terhadap pendidikan. Tahap-tahap perkembangan dapat dikembalikan kepada suatu teori lingkaran hidup.
8. Anak Sebagai Siswa
Anak-anak tidak mempunyai tilikan dan pengalaman yang memungkinkan mereka dapat menerima sepenuh hati tujuan-tujuan yang telah dirumuskan oleh orang dewasa. Kalau anak bertanya tentang sesuatu, yang penting bukanlah jawabannya yang menjadi tujuan melainkan proses berbicaranya itu sendiri. Itulah sebabnya anak selalu bertanya sekalipun orang dewasa sudah memberikan jawabannya. Kebutuhan dasar anak terdiri atas kebutuhan akan tujuan-tujuan yang dekat karena mereka belum memiliki konsep waktu yang jelas.
9. Remaja Sebagai Siswa
Karakteristik para remaja dapat dilihat dari 3 segi, yaitu: konsep masa remaja, keunikan para remaja, dan kebutuhan para remaja. Masa remja merupakan masa permulaan pubertas dan kedewasaan yang ditandai oleh tekanan dan ketegangan, sifat yang lebih sensitive, pertentangan nilai-nilia dan harapan dan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Remaja memiliki banyak sekali potensi dan karenanya pengukurannya menggunakan macam-macam tes guna mengetahui kepribadian mereka.
10. Belajar dan Mengajarkan Perilaku
Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Keterampilan memiliki karakteristik menunjukkan serangkaian respons motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, mengordinasi rangkaian-rangkaian respons menajdi pola-pola respon yang kompleks. Belajar keterampilan terdiri atas tahap-tahap kognitif, fiksasi dan otonom. Kondisi-kondisi keterampilan adalah contiguity, latihan, dan balikan. Prodesur belajar mengajar keterampilan meliputi telaah keterampilan, penilaian perilaku dasar siswa, pengembangan latihan dalam komponen unit keterampilan, pendemonstrasian keterampilan pada siswa, dan penyediaan kondisi belajar keterampilan.
11. Pengalaman Belajar
Bagi setiap siswa yang berada dalam situasi belajar bahwa pengalaman belajar dirasa sangat penting bagi perubahan perilaku siswa dan bagi perkembangan kepribadiannya. Banyak pakar yang berpendapat bahwa hasil belajar dengan system pengajaran kelompok ternyata lebih baik, siswa lebih bersemangat, dan peran sertanya lebih aktif. Untuk itu diperlukan kebebasan dalam belajar dan tidak adanya rasa kecemasan setiap siswa pada waktu mengikuti tes.
12. Motivasi Belajar
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar
Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para siswanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.
13. Bimbingan dan Belajar
Bimbingan merupakan suatu proses member bantuan kepada individu agar dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah dalam hidupnya sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia. Peran guru dalam kelas, disamping sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan pelayanan bimbingan bagi siswa, guru hendaknya membuat catatan lengkap tentang siswanya, melakukan observasi dan mempelajari remaja, bekerjasama dengan para guru, mempelajari kebutuhan dan minat siswa, bekerjasama dengan para orang tua siswa, melaksanakan bimbingan kelompok, melakukan usaha penyesuaian terhadap siswa, bertindak sebagai sponsor kegiatan siswa, bekerjasama dengan ahlim bimbingan.
14. Penilain Perilaku
Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi atau penilaian. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Pengukuran dan evaluasi mempunyai kaitan yang erat, tetapi mengandung titik beda. Tetapi pengukuran perlu karena menjadi landasan untuk melakukan penilaian. Penilaian berfungsi untuk membantu siswa merealisasikan diri, memperoleh kepuasan, memantapkan keefektifan metode mengajar, dan untuk pertimbangan administrative. Tujuan utama penilaian dititikberatkan pada pemberian informasi tentang kemajuan individu yang berguna juga untuk melakukan pembinaan kegiatan belajar siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa, member motivasi belajar, dan untuk membantu pertumbuhan siswa dan bimbingan belajar.


KESIMPULAN
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu tanya atau mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Oleh karena itu, mengapa manusia belajar? Jawabannya adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Jawaban lengkapnya adalah manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahu dan didukung oleh kemampuan untuk mengetahui.
Kemampuan manusia untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh suatu pola yang sudah tertentu. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan nilai sikap dan keterampilan kepada generasi pelanjut.
Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi. Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan mataeri pelajaran.

Belajar

PEMBAHASAN
Setiap manusia mempunyai 3 macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu, mengamalkannya dan juga mengajarkannya kepada orang lain. Menuntut ilmu atau belajar tidak hanya dilakukan oleh manusia di zaman sekarang saja melainkan juga dilakukan oleh orang-orang sebelum Rasulullah, bahkan Rasulullah sendiri mengalaminya, kejadian ini terjadi ketika beliau berusia 40 tahun, ayat pertama yang beliau terima adalah Q.S Al-Alaq: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut mengajarkan kepada kita semua tentang betapa pentingnya belajar atau membaca. Membaca akan tanda-tanda kebesaran-Nya, baik itu yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan kegiatan inilah manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan juga pengalaman yang diperlukan dalam hidupnya. Namun dalam belajar itu, Allah memberikan tuntunan agar motifasi atau niat di dalam belajar itu hanya semata-mata karena Allah , kalau sudah begitu maka yang didapatkannya itu akan mendekatkan hubungan manusia dengan khaliqnya dan bukan sebaliknya.
A. Teori tentang Belajar
Teori yang berkaitan tentang belajar dibagi menjadi 3, yaitu: Ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt, ilmu jiwa asosiai.
Ø Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka dapat memenuhi tugas dan fungsinya. Untuk meltih semua daya itu dpat digunakan berbagai cara atau bahan.
Ø Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan keterlibatan semua panca indera itu sangat diperlukan.
Ø Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Ilmu ini berperinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik membagi teori tentang belajar menjadi 6 bagian, yaitu: Conditioning, Connectionisme, Field Theory, Psikologi Fenomenologis dan Humanistis, Definisi secara Relatif, Teori belajar dalam Situasi di Sekolah.
B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempengaruhi serta sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku seseorang. Selain pengertian tersebut, masih banyak pendapat yang dikemukakan dari para ahli yang menerangkan dan mengulas pengertian belajar, diantaranya adalah:
Ø Nana Syaodih Sukmadinata (2005): menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlngsung melalui kegitan belajar.
Ø Sardiman (2006): “Suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh”.
Ø Trianto (2009): “Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru”
Masih banyak lagi tentunya pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar itu sendiri. Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, intinya adalah berubah, berubah seperti apa yang dimaksud, yaitu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri dan berdasarkan hasil dri pengalaman.
C. Faktor-faktor psikologis dalam Belajar
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku seseorang, ternyata banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Menurut Gagne (Abin Syamsudin Makmun, 2003), perubahan perilaku yng merupakan hasil belajar dapat berbentuk: informasi ferbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan kecakapan motorik.
Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam: kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berfikir asosiatif (berfikir yang menggunakan daya ingat), berfikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi (menghindari akan hal-hal yang mubazir), apresiasi (menghrgai karya-karya yang bermutu), dan perilaku afektif.
Sementara itu menurut Abudin Nata yang mengutip dari S. Bloom berpendapat bhwa perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni: kawasan kognitif, kawasn afektif dan juga kawasan psikomotor. Masing-masing matra atau domain dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan (level of competence).
Ø Kognitif domain (aspek keterampilan berfikir): knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemhaman, menjelaskan, meringkas, contoh), analysis (mengeruaikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru), evaluation (menilai), dan aplication (menerapkan).
Ø Affective domain (aspek keterampilan dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui sehingga terdorong untuk mengerjakannya): receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (orgnisasi), characterization (krakterisasi).
Ø Psychomotor domain (aspek keterampilan dalam mempraktikkan sebuah konsep yang telah diphami dan ditaati: persepsi, kesiapan, gerak terbimbing, gerak yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Taksonomi perilaku tersebut di atas menjadi rujukan dlam proses pendidikan terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan perilaku. Ketiga aspek tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik) merupakan keterampilan, yaitu: keterampilan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, menyintesis dan mengevaluasi yang dilanjutkan dengan keterampilan menerima, berpartisipasi, memgorganisasi dan membentuk pola hidup serta dilanjutkan dengan kemampuan mempersepsi, mempersiapkan diri, melakukan gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dn menghsilkan kreativitas baru. Dari ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat dijumpai dlam QS. An Nahl, 16:78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
pada ayat tersebut kata al-sama’ (pendengaran) yang dapat diartikan aspek psikomotorik, karena pendengaran terkait dengan salah satu panca indera manusia yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran; kata al-bashar (penglihatan) yang dapat diartikan aspek kognitif karena penglihatan dalam arti pemahaman terkait dengan salah satu unsur pemikiran manusia; kta af’idh (hati) dapat diartikan aspek afektif krena hati terkait dengan salah satu unsur afektif.
Sedangkan menurut Sardiman yang merujuk pada Thomas F. Staton mengemukakan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (fisiologis dan psikologis) dan faktor ekstern. Thomas F. Staton mengurikan ada 6 faktor psikologis yang diperlukan dalam kegitan belajar, yaitu: motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman dan ulangan. Kalau Thomas membagi kegiatan beljar menjadi 6 bagian, maka berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman, dimana beliau membaginya menjadi 8 bagian, yaitu: perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motiv.


KESIMPULAN
Belajar dapat dikatakan sebagai upaya tingkah laku dengan serangkaian kegitan, misalnya: membaca, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain belajar sebgai kegiatan psikofisik untuk menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Oleh karen itu dlm beljar perlu adanya proses internalisasi, sehingga akan menyangkut 3 matra seperti yang diungkapkan oleh Bloom, yaitu: kognitif, afektif dan juga psikomotorik.
Dua faktor utama yang menentukan dalam proses belajar, yaitu: hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan seseorng yang terjdi sejak lahir, seperti: bakat, abilitas, dan intelegensi. Sedangkan pada aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yng menciptakan lingkungan, yaitu: guru dan orang tua. Faktor lainnya yang tidak kalah penting yaitu aspek jasmaniah seperti: penglihtan, pendengaran, biokimia, susunan syaraf dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.
Dalam kegiatan belajar juga memiliki bnyak prinsip, yaitu: harus ada aktifisa untuk menunjukkan potensinya, perlu adanya motivasi dan keadaan siswa perlu diperhitungkan. Belajar ditujukan untuk mendapatkan pengetahuan, pemhaman konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap.


DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Sudrajat, Ahmad. 2008. Artikel berjudul Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Pembeljaran.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif edisi pertama cetakan ke-3. Jakarta. Kencana