Ing ngarso sun tuladha ing madya mangun karsa tut wuri handayani

Animasi

Cari Blog Ini

Minggu, 20 Maret 2011

Surat Al Humazah

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Al Quran adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di Mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.[1].
Sedangkan pendapat lain menegaskan bahwa Al Quran adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril as dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al Fatihah dan diakhiri atau ditutup dengan surah An Nash.[2].
Dengan semua definisi tersebut diatas sebagaimana dipercayai umat islam bahwa firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al Quran, tidak dinamakan Al Quran seperti kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS atau kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS atau bahkan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS. Demikian pula firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al Quran.
Dalam skema pembagiannya, Al-Quran terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama Juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Quran dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Quran menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (1 minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Al Quran mempunyai 114 surah, dengan surah terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al ‘Ashr, Al Kautsar, dan An Nashr. Sebagian ulama menyatakan bahwa jumlah ayat yang terdapat di dalam Al Quran adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap surah (kecuali At Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surah yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif am Miim, Ha Mim, dll. Ada yang memasukkan sebgai ayat dan ada juga yang tidak mengikutsertakan sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al Quran dalam 30 Juz yang sama panjang dan dalam 60 hijb[3]. Masing-masing hijb dibagi lagi menjadi 4 dengan tanda-tanda ar-rub (seperempat), an-nisf (seperdua), as salasah (tiga seperempat). Selanjutnya Al Quran dibagi lagi dalam 554 ruku’[4]. Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain disebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberpa ruku’, sedangkan pada surat pendek hanya berisi beberapa rukuk. Nisf Al Quran.[5] Terdapat pada surat Al Kahfi ayat 19 pada lafal #©Ün=tGuŠø9ur yang artinya Hendaklah berlaku lemah lembut.
I.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini tim penyusun akan membahas beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul yang sudah ditentukan oleh dosen pembimbing, yaitu:
Ø Penjelasan Surat Al Humazah
Ø Lafadz dan Terjemahan Surat Al Humazah
Ø Tafsir Surat Al Humazah
Ø Asbabun Nuzul Surat Al Humazah
Ø Bacaan Tajwid Surat Al Humazah
Ø Hubungan Surat Al Humazah dengan Surat Al-Fiil dan Surat Al ‘Ashr
1.3 Metode Pemecahan Masalah
Dalam metode penulisan menggunakan metode deskriptif, yaitu menggambarkan permasalahan yang dibahas pada bab dua yang diambil atau dikutib dari berbagai sumber yang ada.
I.4 Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan supaya tim penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya mampu memahami dan mempunyai wawasan yang luas tentang Ijtihad.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Surat Al Humazah
Beberapa ayat tertentu dalam surah ini khusus ditujukan kepada orang-orang yang secara aktif menentang Nabi, dan sebagian di antara mereka namanya telah disebutkan. Mereka semua sangat kaya, dan menurut dugaan memiliki kekuatan besar serta tak henti-hentinya menyombongkan kekuatan dan kekayaannya seraya menghina kaum muslim.
Wayl berarti 'kemalangan atau kesukaran yang besar', dan diterjemahkan sebagai seruan 'Celakalah!' Wayl menyebabkan timbulnya salah satu sungai di neraka. Dalam sifat manusia ada tuntutan untuk mengusahakan dukungan dari orang lain, sehingga kita hanya mencari sahabat yang dapat memperkuat keabsahan segala perbuatan kita.
Humazah adalah 'pengumpat' atau 'pemfitnah'. Dalam bahasa Arab, huruf hamzah adalah penghentian suara dalam celah suara, dan hamazat al-syayathin adalah bisikan jahat setan, bisikan halus yang kita dengar dalam diri kita.
Lumazah berarti 'pencari kesalahan', dan berasal dari kata kerja lamaza, yang berarti 'mengedipkan mata pada seseorang, menjelekkan seseorang, mengkritik, mencela, memfitnah, mencemarkan nama baik'. Barangsiapa memfitnah orang lain berarti mengungkapkan kelemahannya sendiri dan memberitahukan kegelisahannya, sebagaimana keangkuhan menunjukkan ketidakpastian yang besar tentang diri seseorang. Jika seseorang benar-benar yakin bahwa ia berada di jalan yang benar, jika ia mengakui ketergantungannya pada Allah dan menyadari bahwa setiap orang akan mengetahui kebenaran secara utuh dan mutlak, maka ia tidak akan menyerah kepada ajakan untuk mengumpat orang lain. Sebenarnya, umpatan dan kesombongannya itu hanya mengungkapkan penyakit dan keadaan sakitnya, sehingga datang peringatan bahwa kecelakaan akan menimpanya, dan ia akan hancur.
Ayat ini berkenaan dengan orang yang mengumpulkan harta dan mencari perlindungan serta penguatan dengan menghitungnya terus-menerus. Penumpukan terus-menerus dan memeriksa apa yang dimiliki seseorang adalah bentuk lain dari mencari keamanan. Orang-orang saleh berkata, 'Orang yang mencintai harta adalah seorang munafik, dan orang yang menimbun harta adalah orang jahil.' Bukti kemunafikan (nifaq) dan kejahilan terdapat pada pengumpulan dan penimbunan harta (mal).
Hasaba berarti 'menghitung, menggabungkan'. Ia mengira bahwa ia bergerak mendekati khuld (keabadian) dengan menghitung dan melindungi apa yang secara keliru dikiranya akan memberinya umur panjang dan kekekalan. Ibadahnya sesat. Kekal adalah sifat Allah lainnya: al-Khalid. Kita semua ingin mengetahui yang Mahakekal karena hanya dengan begitu kita akan selamat, kita mengetahui bahwa yang ada hanyalah keabadian. Tapi barangsiapa percaya bahwa apa yang telah ditimbunnya akan memberi dia keamanan maka ia benar-benar telah tergelincir dari jalan yang benar..
Nabadza berarti 'melemparkan, membuang, mengafkir, mengusir, melepaskan'. Dengan membuang hal yang tak berguna atau berbahaya berarti kita diproteksi dari kejahatan di dalamnya.
Huthamah, sebutan untuk neraka, artinya 'bencana yang menghancurkan', dan berasal dari hathama, 'memecahkan, menghancurkan, merusak'. Sangat pasti, barangsiapa mencari perlindungan pada hartanya, atau pada apa saja dari dunia nyata, berarti tidak percaya bahwa tangan Yang Mahagaib berada di balik yang nyata. Dia akan dilempar ke tempat yang hanya akan menyebabkannya hancur.
Lagi-lagi kita ditanya, seakan menekankan pentingnya huthamah: 'Dan apa yang engkau tahu tentang itu? Makna lain dari huthamah berasal dari kata kerja bentuk keduanya—yang artinya 'memecahkan'—yang menunjukkan bahwa agar pecah atau rusak, maka obyek yang dilibatkan harus cukup solid untuk mulai menghancurkan. Penekanan ganda pada huthamah ini dimaksudkan untuk memberitahukan, dengan cara yang senyata mungkin, tentang konsekuensi-konsekuensi yang menyakitkan akibat dari melihat kepada selain Allah.
Bencana yang menghancurkan adalah Api Allah yang menyala selamanya.
Api Allah ini terkunci di dalam hati manusia. Itulah api yang menyebabkan manusia berada dalam kerugian, dan berusaha mencari perlindungan dalam keamanan materi, harta dan kekuasaan. Kita menyaksikan hal ini dalam kultur kita sekarang, karena kita telah benar-benar mencari perlindungan dengan mengikuti berbagai perkiraan dan kalkulasi kita. Kita mengira bahwa yang memiliki kepentingan paling besar adalah yang dapat dilihat atau nyata, tapi yang nyata itu bukanlah keseluruhan dari apa yang ada dalam dunia ini; itu hanyalah satu aspek daripada yang ada di dunia ini, satu manifestasi dari realitas. Tegasnya, ada daya atau kekuatan lain di belakang layar.
Api akan rapat mengelilingi hati pada tiang-tiang yang memanjang, dan membentuk dinding yang panas yang diciptakan oleh hati itu sendiri karena kejahilannya. Beberapa orang saleh berbicara tentang dua macam api: api kejahilan yang hanya menyebabkan kehancuran, dan cahaya ilmu. Namun, surah ini biasanya ditafsirkan yang ditujukan kepada orang-orang yang merugi. Hati mereka terkunci dalam api pengetahuan terakhir yang dinampakkan.
Karena surah ini berbicara tentang orang-orang yang berlindung dalam dunia materi yang bersifat nyata serta yakin bahwa tidak ada apa-apa di luar dunia materi, maka surah berikutnya menjelaskan melalui contoh tentang sesatnya keyakinan mereka.
B. Lafadz dan Terjemahan Surat Al Humazah
×@÷ƒur Èe@à6Ïj9 ;otyJèd >otyJ9 ÇÊÈ
1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
Ï%©!$# yìuHsd Zw$tB ¼çnyŠ£tãur ÇËÈ
2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[6]
Ü=|¡øts ¨br& ÿ¼ã&s!$tB ¼çnt$s#÷{r& ÇÌÈ
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
žxx. ( ¨bxt6.^ãŠs9 Îû ÏpyJsÜçtø:$# ÇÍÈ
4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
!$tBur y71u÷Šr& $tB èpyJsÜçtø:$# ÇÎÈ
5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
â$tR «!$# äoys%qßJø9$# ÇÏÈ
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
ÓÉL©9$# ßìÎ=©Üs? n?tã ÍoyÏ«øùF{$# ÇÐÈ
7. Yang (membakar) sampai ke hati.
$pk¨XÎ) NÍköŽn=tã ×oy|¹÷sB ÇÑÈ
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
Îû 7uHxå ¥oyŠ£yJB ÇÒÈ
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
C. Tafsir Surat Al Humazah
1 Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela
'Ata dan Al Kalbi berkata: "Surah ini diturunkan berkenaan dengan Akhnas bin Syuraiq. Ia senang mengejek-ejek orang dan mencaci mereka, lebih-lebih mencaci Nabi Muhammad SAW", Maqatil berkata: "Surah ini turun berkenaan dengan Al Walid bin Al Mugirah. Ia mencela Nabi Muhammad SAW., di belakang beliau dan membantah bila berhadapan dengan beliau". Muhammad bin Ishaq, penulis sejarah nabawiyyah berkata: "Senantiasa kita dengar bahwa surah ini turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf". Dalam ayat ini Allah mengancam bahwa kemurkaan dan azan-Nya akan ditimpakan kepada setiap orang yang mengumpat, mencela dan menyakiti mereka baik dihadapan maupun di belakang mereka.
2 Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung
Dalam ayat ini Ia menyatakan sebab kecelakaan dan kebinasaan mereka yaitu karena mereka memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya itu karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan dalam hidup kecuali karena harta. Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya.
Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena ia mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain. Karena kecongkakannya ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.
3 Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya
Kemudian dalam ayat ini Allah menyatakan salahnya sangkaan pengumpat dan pencerca, bahwa harta yang dimilikinya itu menjamin akan tetap hidup di dunia selamanya. Oleh karena itu tindakan-tindakannya sama dengan tindakan orang yang akan hidup selama-lamanya dan bila ia mati tidak akan hidup kembali untuk menerima balasan atas amal kejahatannya selama hidup di dunia.
4 sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan dalam Huthamah.
Sesudah mengancam orang-orang yang bersifat demikian dengan siksa-Nya yang pedih. Ia menyebutkan pula sebab yang membuat mereka mengerjakan sifat-sifat yang terkutuk itu yaitu mereka mengira bahwa semua harta mereka itu dapat menolong mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Ancaman dalam bentuk pertanyaan: "Siapakah yang menyangka bahwa hartanya itu dapat menjamin dirinya dari mati?". Allah menjawab: "Tidak sekali-kali tidak bahkan dia akan dilemparkan ke dalam neraka Hutamah, tidak ada yang memperhatikannya dan tidak pula yang memperdulikan".
Ali R.A. pernah memberikan nasihat yang berbunyi: "Wahai Kumail, binasalah orang-orang penimbun harta, padahal mereka masih hidup, sedang para ulama akan kekal abadi meskipun jasad mereka sudah hilang namun sifat-sifat keutamaan mereka tetap dikenang dalam hati".
Maksudnya, penimbunan harta dikutuk, dicela dan dibenci karena manusia tidak mendapat apa-apa dari harta mereka. Sedang para sarjana dan ulama terus menerus terpuji selama terdapat di bumi orang-orang yang mengambil manfaat diri ilmu mereka.
5 Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
Dalam ayat-ayat ini Allah menggambarkan betapa dahsyatnya neraka Hutamah dalam bentuk pertanyaan: "Tahukah engkau apa Hutamah?". Allah menjawab;" Hutamah yaitu api yang disediakan Allah untuk menyiksa orang-orang yang durhaka dan berdosa. Tidak ada yang mampu mengetahui apa hakikatnya kecuali Allah penciptanya.
6 (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan
Dalam ayat-ayat ini Allah menggambarkan betapa dahsyatnya neraka Hutamah dalam bentuk pertanyaan: "Tahukah engkau apa Hutamah?". Allah menjawab;" Hutamah yaitu api yang disediakan Allah untuk menyiksa orang-orang yang durhaka dan berdosa. Tidak ada yang mampu mengetahui apa hakikatnya kecuali Allah penciptanya.
7 Yang (naik) sampai hati.
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa api yang menyala-nyala itu berbeda dengan api dunia. Ia menjilat dan naik sampai ke hulu hati. Ia masuk ke dalam rongga perut sampai ke dada dan membakar hati. Hati adalah yang paling merasa sakit dari anggota-anggota badan lainnya, maka apabila api sampai membakar hati berarti siksa yang dirasakannya itu sudah sampai ke puncaknya.
8 Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa api tersebut berlapis-lapis mengelilingi mereka. Mereka tidak dikeluarkan dari padanya dan tidak pula mampu keluar sendiri. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya, Allah SWT berfirman:
!$yJ¯=à2 (#ÿrߊ#ur& br& (#qã_ãøƒs $pk÷]ÏB ô`ÏB AdOxî (#rßÏãé& $pkŽÏù (#qè%rèŒur z>#xtã È,ƒÍptø:$# ÇËËÈ
Artinya: Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. Q.S (Al Hajj): 22.
9 (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan orang-orang penghuni neraka Hutamah, yaitu yang dipahami dari kata "Muqatil" bahwa pintu-pintu neraka itu ditutup rapat, sedang mereka diikat pada tiang tiang besi, tidak pernah pintu-pintu itu dibuka dan di sana penuh dengan segala macam penderitaan.
Tujuannya adalah untuk menjadikan mereka putus-asa untuk dapat keluar dari neraka Hutamah itu. Semoga Allah menyelamatkan kita dari kemurkaan-Nya dan memelihara kita dari kedahsyatan api neraka itu dengan fa'al dan karunia-Nya. Amin.
D. Asbabun Nuzul Surat Al Humazah
Banyak riwayat yang mengemukakan tentang asbabun nuzul surat ini, yaitu:
Ø Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Utsman dan Ibnu Umar berkata: “Maih segarv terdengar di telinga kami bahwa ayat ini (S.104:1,2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya, yang selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya”. [7]
Ø Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1,2,3) turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq yang selalu mengejek dan mengumpat orang. Ayat ini turun berkenaan sebagai teguran terhadap perbuatan seperti itu [8].
Ø Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1-3) turun berkenaan dengan Jamil bin Amir al-Jumbi seorang tokoh musyrik yang selalu mengejek dan menghina orang[9].
E. Bacaan Tajwid Surat Al Humazah
No.
Lafadz
Bacaan
Sebab
1
otyJ9otyJèd
Idghom Bilaghunnah
Tanwin bertemu “Lam”
2
Ï%©!$#
Mad Thobi’i
Kasroh diikuti “Ya”
3
Zw$tB
Mad Thobi’i
Fathah diikuti “Alif”
4
ZnyŠ£tãurw$tB
Idghom Bighunnah
Tanwin bertemu “Wawu”
5
¨br&
Ghunnah
Nun Bertasdid
6
ÿ¼ã&s!$tB
Mad Thabi’i
Fathah diikuti “Alif”
7
ÿ¼çnt$s#÷{r&¼ã&s!$tB
Mad Shilah Thowilah
“Hu” bertemu hamzah di lain kalimat
8
žxx.
Mad Thobi’i
Fathah diikuti “Alif”
9
¨bxt6.^ãŠs9
Iqlab
Nun sukun bertemu “Ba”
Ghunnah
Nun Bertasydid
10
ÏpyJsÜçtø:$#Îû
Idzhar Qomariyah
Al Ta’rif diikuti “Cha”
11
71u÷Šr&!$tBur
Mad Jaiz Munfashil
Mad thobi’I bertemu hamzah di lain kalimat
Qolqolah Shughro
“Dal” sukun
Ro’ Tafkhim
Ro’ fathah
Mad Thabi’i
Fathah diikuti alif
12
èpyJsÜçtø:$#$tB
Idhar Qomariyah
Al-ta’rif diikuti “Cha”
13
$tR
Mad Thobi’i
Fathah diikuti Alif
Ro’ tafkhim
Ro’ berharokat dhummah
14
!$#$tR
Tafkhim
Lafadz Allah didahului harokat dhummah
15
«äoys%qßJø9!$#$tR
Idhar Qomariyah
Al-ta’rif diikuti “Mim”
Mad Thobi’i
Dhummah diikuti “Wawu”
16
ÓÉL©9$#
Mad Thobi’i
Kasroh diikuti “Ya”
17
ÍoyÏ«øùF{$#n?tã
Idhar Qomariyah
Al-Ta’rif diikuti “Alif”
18
$pk¨XÎ)
Ghunnah
Nun bertasdid
Mad thobi’i
Fathah diikuti Alif
19
oy|¹÷sBNÍköŽn=tã
Idghom Mitsli
Mim sukun bertemu “Mim”
20
Îû
Mad thobi’i
Kasroh diikuti “Ya”
21
7 ¥oyŠ£yJBuHxå
Idghom bighunnah
Tanwin bertemu “Mim”
F. Hubungan Surat Al Humazah dengan Surat Al-Fiil dan Surat Al ‘Ashr
Dalam surat Al Humazah diterangkan bahwa sesungguhnya harta benda tidak akan berguna sedikitpun untuk menghadapi kekuasaan Allah SWT. sedangkan pada surat Al-Fiil menerangkan bahwa tentara gajah dengan segala macam perlengkapan perangnya tidak dapat menghadapi kekuasaan Allah SWT. Begitu pula dalam surat Al ‘Ashr Allah SWT menerangkan sifat-sifat orang yang tidak merugi yang tentunya berbeda dengan surat Al Humazah yang menerangkan sifat-sifat orang yang merugi.


KESIMPULAN
Surat Al Humazah merupakan deretan surat yang ke-104: 9 ayat dan termasuk dalam golongan surat – surat Makkiyah yang diturunkan sesudah surat Al-Qiyamah. Dalam surat ini diterangkan dengan jelas mengenai orang-orang yang suka mencela orang lain, suka memfitnah dan suka mengumpulkan harta, akan tetapi hartanya tersebut tidak dinafkahkannya di jalan Allah SWT sehingga kelak di hari kiamat akan mendapatkan azab dari segala perbuatannya tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Hareisy, Salim. 2004. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8. Surabaya; PT. Bina Ilmu
Q. Shaleh, dkk.2009. Asbabun Nuzul Bandung: CV. Penerbit Diponegoro
Zarkasyi, Dachlan Salim. 1989. Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis. Semarang


[1] Dr. Subhi Al Salih
[2] Muhammad Ali Ash-Shabuni
[3] Yang biasanya ditulis dibagian pinggir Al Quran
[4] Bagian yang teridiri atas beberapa ayat
[5] Tanda-tanda pertengahan Al Quran
[6] maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.
[7] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari utsman dan Ibnu Umar
[8] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari as-suddi
[9] Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari seorang suku Riqqah